Selasa, 23 November 2010

Keluarga


KELUARGA

Salah satu hal yang dicari setiap manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan, meskipun setiap orang berbeda indikatornya. Sedang lapar menemukan makanan lezat, sedang sulit menemukan kemudahan, sedang kesepian ketemu teman atau kekasih, sedang butuh uang dapat rezeki nomplok dan banyak lagi lainnya. Dan semua kebahagiaan tersebut berhubungan dengan misteri subyektif manusia karena bila itu bahagia baginya belum tentu bahagia bagi orang lain, tetapi intinya bahagia tidak terlepas atas datangnya pertolongan Allah hingga memperoleh sesuatu yang dianggap sebagai kebahagiaan yang di Anugerahkan Allah SWT.

Prof. Achmad Mubarok; Dewan Penasehat Asosiasi Psikologi Islami, menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab ada empat kata yang berhubungan dengan kebahagiaan, yaitu sa’adah (bahagia), falah (beruntung) najat (selamat) dan najah (berhasil). Jika sa’adah (bahagia) mengandung nuansa anugerah Tuhan setelah terlebih dahulu mengarungi kesulitan, maka falah mengandung arti menemukan apa yang dicari. Falah ada dua macam, dunia dan akhirat. Falah dunia adalah memperoleh kebahagian yang membuat hidup di dunia terasa nikmat, yakni menemukan; (a) keabadian (terbatas); umur panjang, sehat selalu, kebutuhan tercukupi selalu dsb, (b) kekayaan; segala yang dimiliki jauh melebihi dari yang dibutuhkan, dan (c) kehormatan social. Sedangkan Falah Akhirat terdiri dari empat macam, yaitu (a) keabadian tanpa batas, (b) kekayaan tanpa ada lagi yang dibutuhkan, (c) kehormatan tanpa ada unsur kehinaan, dan (d) pengetahuan hingga tiada lagi yang tidak diketahui. Sedangkan Najat merupakan kebahagiaan yang dirasakan karena merasa terbebas dari ancaman yang menakutkan.

Hampir seluruh budaya menempatkan kehidupan keluarga sebagai ukuran kebahagian yang sebenarnya. Walaupun seseorang gagal karir di luar rumah, tetapi sukses membangun keluarga yang kokoh dan sejahtera, maka tetaplah ia dipandang sebagai orang yang sukses dan berbahagia. Sebaliknya orang yang sukses di luar rumah, tetapi keluarganya berantakan, maka ia tidak disebut orang yang beruntung, karena betapun sukses yang diraih, tetapi kegagalan dalam rumah tangganya akan tercermin di wajahnya, dan tercermin juga dalam pola hidupnya yang tidak bahagia. Jadi sungguh berbahagialah orang-orang yang sukses dalam membangun keluarga yang bahagia.

Namun di balik kesuksesan tersebut rahasia apa yang harus dilakukan untuk menjadi keluarga yang bahagia, menurut hemat saya keluarga bahagia pertama; dapat terbentuk dengan adanya keselarasan fungsi dan peran dari setiap anggota tersebut, fungsi dan peran dalam artian tanggung jawab dan selaras dalam hubungan yang harmoni antar anggota keluarga. Bila dari setiap anggota sadar akan tanggung jawabnya masing-masing serta selalu menjaga keharmonisan dalam keluarga sudah pasti kebahagiaan adalah anugerah terindah bagi keluarga tersebut. Seorang Ayah sadar tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga, yang bukan hanya sekedar mencari nafkah tetapi juga sebagai penganyom dalam keluarga, seorang ibu paham tanggung jawabnya sebagai ibu yang senantiasa menjadi penyejuk dalam keluarga, seorang anak mengerti tanggung jawabnya sebagai buah hati orang tua yang senantiasa selalu membahagiakannya. Lalu bagaimana dalam perkembangan jaman modern saat ini yang sudah menuntut bahwa pria dan wanita memiliki peran yang sama (gender), bagi saya kesamaan peran tersebut terletak pada kejelasan akan tanggung jawabnya saja, bahwa dalam rumah tangga ada kesamaan rasa tanggung jawab yang harus dijalankan bersama, contohnya; mencari nafkah atau menjaga keutuhan ekonomi keluarga itu bukan saja pria (suami) yang harus bertanggung tetapi wanita (istri) juga harus bertanggung. Tidak berharap, barangkali saja bila suaminya sakit keras atau meninggal sang istri tidak akan perlu lagi takut untuk menjaga keutuhan ekonomi keluarga karena sudah memiliki bekal mencari nafkah. Yang kedua; adanya hubungan atas dasar saling membutuhkan, seperti apa yang ada dalam Al-Qur’an “ hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna” (mereka adalah pakaian kamu dan kamu adalah pakaian mereka) (QS. 2: 187). Maksudnya setiap anggota keluarga paham akan apa yang menjadi kebutuhan setiap anggota keluarga, baik itu secara lahir maupun batin dan juga seperti apa yang di analogkan Al-Qur’an di atas bahwa pakaian memiliki fungsi sebagai pelindung dan perhiasan, jadi setiap anggota keluarga adalah pelindung dan perhiasan bagi keluarganya. Seorang ayah mengerti akan kebutuhannya sebagai suami;,seperti, kebutuhan biologis, kehormatan, kasih sayang,dsb. Dan ia juga mengerti kebutuhan anggota keluarganya yang lain, anak butuh akan kasih sayangnya, istri membutuhkan kehangatannya, dsb. Serta sebagai suami ia akan senantiasa melindungi keluarganya dari berbagai ancaman dan menghiasi keluarganya dengan mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang shaleh. Seperti apa yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an bahwa agar senantiasa memelihara diri serta keluarga “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu (QS 66: 6).

Bila kita memperluas lagi arti keluarga sebenarnya bukan hanya pada lingkup keluarga dalam rumah tangga saja, tetapi sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari arti penting keluarga dapat kita aplikasikan, seperti; dalam pergaualan kita sehari-hari, lingkungan kampus, kos, organisasi, atau teman-teman terdekat. Dan bila arti penting keluarga ini dapat kita aplikasikan dalam perjalanan hidup kita, sebuah keyakinan bahwa kita akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan yang menjadi anugerah terindah bagi hidup kita. Dan bagaimana juga rahasianya, menurut hemat saya tidak jauh berbeda dengan seperti apa yang saya jelaskan diatas bahwa pertama memang harus ada keselarasan antar fungsi dan peran dan kedua adanya hubungan atas dasar saling membutuhkan baik lahir dan batin. Dan sekali lagi saya tegaskan bila hal ini teraplikasi dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu lingkungan kampus, masyarakat maupun bangsa. Saya yakin kebahagiaan akan datang menjadi anugerah terindah dalam hidup kita semua. Contohnya dalam keluarga kampus, seorang dosen dan mahasiswa menjaga kesalarasan dalam menjalankan fungsi dan perannya. Dosen bertanggung jawab untuk mendidik, menyayangi dan mengembangkan kemampuan mahasiswanya, dan mahasiswa bertanggung jawab untuk belajar dan menghormati dosennya. Dan contohnya lagi dalam lingkup Negara, seorang Presiden bertanggung jawab akan kepemimpinannya dan memahami akan kebutuhan rakyatnya dan sebaliknya sebagai rakyat paham akan apa yang dibutuhkan bangsannya.

Keberhasilan dalam membangun keluarga bahagia adalah impian setiap orang., seperti apa yang dikatakan teman saya “Bermimpilah, lalu bangun dan wujudkan mimpimu”.oleh karena itu jangan sia-siakan mereka bahwa keluarga adalah anugerah terindah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar